Ponorogo, Pakuan Pos - Perkembangan financial technology (fintech) telah membawa transformasi signifikan dalam industri perbankan di Indonesia, mendorong perubahan pola kerja, kebutuhan kompetensi, serta standar kualitas sumber daya manusia (SDM).
Digitalisasi layanan, otomatisasi proses, dan kemunculan model bisnis berbasis teknologi menuntut perbankan untuk memiliki SDM yang lebih adaptif, inovatif, dan melek digital. Di tengah persaingan yang semakin ketat dan ekspektasi nasabah yang terus berkembang, kemampuan SDM untuk menguasai teknologi finansial bukan lagi sekadar nilai tambah, melainkan menjadi kunci utama untuk menjaga kinerja, keamanan, dan keberlanjutan organisasi.
Di tengah derasnya arus digitalisasi dan persaingan lembaga keuangan syariah, kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) menjadi faktor penentu keberlanjutan bagi Baitul Maal wat Tamwil (BMT) Ngabar Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo. Lembaga keuangan mikro syariah yang berada di bawah naungan Yayasan Pondok Pesantren Wali Songo Ngabar ini terus menegaskan komitmennya untuk membangun SDM yang profesional, amanah, dan berkarakter pesantren.
"Kepada segenap karyawan dan staff personalia BMT Ngabar, kami selalu menekankan tidak hanya mengajarkan skill kerja, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai pancajiwa pesantren—keikhlasan, kesederhanaan, berdikari, ukhuwah islamiyah, dan kebebasan berpikir. Itu modal utama dalam membangun kepercayaan masyarakat," ungkap Damar selaku Manajer BMT Ngabar dalam sebuah wawancara internal bersama Supra, Umi, Mahda, dan Boy selaku perwakilan mahasiswa Program S2 Manajemen Universitas Muhammadiyah Ponorogo, Kamis (27/11/2025).
Masih dijabarkan oleh Damar bahwa berangkat dari visi menjadi lembaga unggul dan terpercaya demi kemajuan umat, BMT Ngabar menekankan bahwa SDM harus memiliki tiga kekuatan utama, yaitu spiritualitas, profesionalitas, dan integritas. "Melalui pembiasaan karakter pesantren yang jujur, amanah, dan menjunjung kehormatan, karyawan BMT Ngabar diharapkan mampu melayani masyarakat dengan standar etika tinggi yang sejalan dengan prinsip syariah," lanjut Ustadz asli Pacitan.
Dalam konteks profesionalitas SDM saat di wawancarai Mahasiswa Pasca Sarjana Manajemen UMPO tersebut, Manajer BMT Ngabar tersebut menjelaskan bahwa SDM BMT dituntut harus menguasai sistem keuangan modern, memahami akad-akad syariah seperti murabahah, ijarah, musyarakah, mudharabah, rahn, dan qardhul hasan, serta mampu mengikuti perkembangan layanan digital seperti virtual account, PPOB, dan berbagai kemitraan dengan perbankan syariah.
Tetapi tidak dapat dipungkiri, tantangan besar justru hadir dari perkembangan teknologi keuangan dan maraknya aplikasi pinjaman digital. Masyarakat menginginkan kecepatan, kemudahan, dan fleksibilitas. Di sinilah BMT Ngabar dituntut terus meng-upgrade kemampuan SDM agar mampu bersaing, terutama dalam pelayanan dan manajemen risiko.
Meski demikian, kenyamanan layanan tetap menjadi salah satu kekuatan utama BMT Ngabar.
Banyak nasabah menilai pelayanan lembut, humanis, dan berbasis kepercayaan menjadi alasan mereka memilih BMT dibanding lembaga lain. "Kami berusaha menjadi lembaga yang ramah, membantu masyarakat, dan tetap menjaga nilai berkah dalam setiap transaksi," jelas Damar Manajer BMT Ngabar.
Opini publik menilai bahwa BMT Ngabar memiliki modal sosial yang kuat—yakni kepercayaan masyarakat dan reputasi pesantren. Namun modal ini hanya akan tetap bertahan jika SDM-nya konsisten mengedepankan amanah, kedisiplinan, dan profesionalitas. Dengan demikian, BMT Ngabar diharapkan tidak hanya menjadi lembaga keuangan syariah biasa, tetapi juga motor penggerak ekonomi umat yang bebas riba dengan terus berkembang berkemajuan dan membawa keberkahan tidak hanya bagi masyarakat sekitar tetapi bisa membuka cabang diberbagai wilayah. (Mn)
