Pakuan Pos - Dalam sebuah tata negara sebuah kerajaan, seorang Raja dibantu oleh seorang Patih. Begitu pula dengan Kraton Surakarta Hadiningrat. Seorang Raja / Sunan memiliki Patih. Tugas Patih adalah berkewajiban menerima perintah ( dhawuh ) dari Raja kemudian ada yang dilaksanakan oleh Patih sendiri atau dilaksanakan oleh bawahannya atau untuk disampaikan kepada rakyatnya.
Setiap hari Senin dan Kamis menghadap Raja di Pagelaran Sasana Sumewa Kraton Surakarta.
Seorang Patih berkuasa dalam bidang tata pemerintahan Kraton Surakarta atas sepengetahuan dan seijin Raja.
Untuk mendukung pekerjaannya, seorang Patih akan mendapatkan tanah lungguh bumi desa sebesar 12.000 karya atau 3.000 jung ( pada masa Sunan PB VII , PB IX, PB X )
Dalem Kepatihan Kraton Surakarta
Dalem Kepatihan mempunyai dua fungsi yaitu sebagai kediaman resmi Patih, juga sebagai kantor Patih dalam melaksanakan kegiatan administrasi pemerintahan kerajaan.
Dalem Kepatihan Kraton Surakarta pada masa Sunan PB IV terletak di sebelah utara diluar lingkungan Kraton Surakarta.
Pada masa Patih Sasradiningrat IV di era Sunan Pakubuwana X, Bangunan Dalem Kepatihan mengalami pemugaran besar besaran. Hingga menjelma seolah miniatur Kraton Surakarta.
Sebagai gambaran
Sebelum masuk ke Dalem Kepatihan, ada sebuah plengkung dari baja yang ditengahnya dipasang lampu. Sebelah barat ada masjid Al Fatih yg dibangun oleh Sunan Pakubuwana X. Kemudian ada pintu gerbang / gapura beratap yang bernama Regol Baleharja dan pagar tembok mengelilingi Dalem Kepatihan. Ketika memasuki kompleks ada halaman cukup luas yang ditanami rumput hijau yang ditengahnya dipasangi lampu dinamakan plataran Bale Harja. Dari halaman yang luas ada bangunan yang disebut Bale Harja. Dibelakangnya ada bangunan dinamakan Bale Rata.diutara Balerata ada ruangan yang bernama Antisana
Sebelah utara Antisana ada halaman luas yang disebut Plataran Pandhapi. Sebelah utara plataran ada bangunan Pendapa Ageng yang luasnya 67 kaki 4 dim, panjangnya 77 kaki 5 dim. Sebelah barat pendapa ada bangsal pradangga dan disebelah timur ada Bangsal Setrik Orkes. Sebelah timur Bangsal Pradangga ada bangunan Dirgayasa,
Sebelah utara Pendapa ada bangunan yang disebut Pringgitan yang luasnya 50 kaki 2 dim, di Pringgitan biasanya digunakan untuk wayang kulit.
Sebelah utara Pringgitan ada bangunan inti yang dinamakan Dalem Ageng Kepatihan, luasnya 41 kaki 10 dim panjangnya 71 kaki 5 dim
Didalam Dalem Ageng ada Krobongan. Dan lantainya dari marmer. Di sayap kanan dan kiri Dalem Ageng melewati koridor ada sebuah bangunan/ palvilyun yang sangat luas dan indah sebagai kediaman / tempat tinggal keluarga Patih.
Dibeberapa tempat dilingkungan Dalem Kepatihan juga ada bangunan tempat Patih Patih Kraton Surakarta berkantor. Ada Kantor Sasranagaran, Kantor Sasradiningrat, Kantor Ageng
Tapi sayang Bangunan Dalem Kepatihan yang indah tersebut saat ini sudah tidak ada kecuali Bangunan Masjid Al Fatih yang utuh sampai sekarang.
Semua bangunan dibakar diawali pada saat Gerakan Anti Swapraja, yang kedua aksi bumi hangus rakyat pribumi dalam peristiwa tahun 1948 ketika agresi militer II dilakukan Belanda, supaya Dalem Kepatihan tidak diduduki dan dijadikan markas tentara Belanda.
Ditulis oleh K.R.T Koes Sajid Jayaningrat.
Foto : Colecte Tropenmuseum tahun 1890 - 1900