Jakarta, Pakuan Pos - Pada hari Sabtu, tanggal 1 Juni 2024, bertepatan dengan peringatan hari lahirnya Pancasila, Forum Dirgantara Muda (FDM) menghadiri perhelatan khusus peluncuran Starliner bersama Boeing Indonesia yang bertempat di @America, Pacific Place Mall, Jakarta. Kehadiran dan partisipasi FDM yang diundang secara langsung oleh Country Managing Director PT Boeing Indonesia, Mr. Zaid Alami, dalam acara tersebut dihadiri oleh Founder & Chairman FDM, Ahmad Arafat Aminullah bersama jajaran pengurus FDM lainnya juga menghadirkan rombongan peserta yang dikoordinir dan dimobilisasi oleh FDM bersama Boeing Indonesia.
Acara ini berlangsung dengan sangat seru dan dihadiri oleh sekira 200an para tamu undangan yang terdiri dari insan muda civitas akademika (dosen dan mahasiswa) dunia penerbangan, profesional ahli dalam bidang penerbangan, tidak luput generasi remaja yang memiliki ketertarikan dengan dunia antariksa dan peminat dirgantara lainnya. Acara ini juga dilaksanakan dalam semangat merayakan 75 tahun hubungan diplomatik antara Indonesia dan USA.
Dalam sambutannya, Zaid Alami, menggambarkan betapa besarnya peluang ranah kedirgantaraan di Indonesia, dengan potensi dari 600an airport dan airstrip yang tersebar di seluruh Indonesia, 800an jumlah pesawat terbang yang terdaftar di kementrian perhubungan namun hanya kurang lebih setengahnya (400an) saja yang aktif/online. Melihat luasnya area kepulauan di nusantara yang terbentang dari pulau Sumatera hingga ke Papua - yang mana apabila peta kepulauan Indonesia kita bentangkan (overlay) di atas peta benua Eropa, maka perbandingan bentangan pulau dari Aceh hingga ke ujung Papua itu sebanding dengan luas bentangan yang membujur dari Inggris hingga ke Afganistan. Inilah potensi kedirgantaraan, termasuk potensi keantariksaan, di negara kita Indonesia, yang perlu mendapat perhatian banyak pihak - apalagi Indonesia diproyeksikan sebagai pasar aviasi/dirgantara terbesar ke-4 di dunia.
Tony Castilleja selaku Senior Manager Boeing Space and Launch, pun hadir secara langsung dari Florida, USA untuk melakukan diskusi/tanya jawab bersama dengan para audience via tatap muka online. Antusiasme dari peserta yang hadir pun begitu besar, dapat dilihat dari banyaknya pertanyaan yang diajukan pada sesi diskusi. Ahmad Arafat Aminullah, Chairman Forum Dirgantara Muda yang merupakan seorang praktisi dalam industri penerbangan juga alumni dari Fakultas Teknik Mesin dan Dirgantara, Institut Teknologi Bandung (ITB), mengajukan 2 pertanyaan dalam sesi diskusi, masing-masing untuk Tony serta Zaid. Pertanyaan pertama yakni terkait significant differentiator antara berbagai produk *aerospace* (pesawat terbang komersial/*aircraft*, pesawat ulang-alik/*space shuttle* maupun *space capsule* dalam sudut pandang *maintainability* [aspek perawatan] dan *reliability* [aspek keandalan]). “Secara prinsip, banyak kesamaan dalam *maintainability* and *operability*.
Dan adapun space capsule CST-100 buatan Boeing misalnya, dapat digunakan ulang hingga 10 kali. Namun, aspek presisi dan analisis sangat penting,” terang Tony. Adapun untuk pertanyaan kedua yakni terkait cara meningkatkan prospek kerjasama antar *stakeholder* kedirgantaraan Indonesia di khususnya bidang “antariksa”, dimana untuk pengembangannya sendiri di Indonesia masih terkesan tertinggal jauh jika dibandingkan dengan industri pesawat terbang.
Zaid menjawab bahwa sejak peluncuran Satelit Palapa A1 yang diluncurkan pada tahun 1976 merupakan bukti kolaborasi sinergis antara Indonesia dan industri antariksa Amerika di mana satelit tersebut adalah salah satu produk dari Boeing. Ini menandakan kuatnya hubungan antara kedua negara dan industri sejak kurun waktu yang lama. Zaid pun menegaskan bahwa saat ini masih akan dideliver berbagai satelit untuk Indonesia. Berbagai macam event juga sedang diadakan serta kerjasama akan terus ditingkatkan.
Informasi singkat, Kapsul Boeing Starliner CST-100 (Crew Space Transportation) merupakan salah satu proyek Boeing yang dikerjakan bersama NASA yang familiar dikenal sebagai Crew Flight Test (CFT)/Commercial Crew Program. Peluncuran Kapsul Boeing Starliner tersebut merupakan peluncuran perdana dengan awak kapal (*manned spacecraft*) yang diluncurkan menggunakan roket ULA Atlas V untuk mengirim astronaut ke orbit rendah di atas bumi (LEO/Low-Earth Orbit). Penerbangan ini adalah yang ketiga kalinya sejak pertama kali lepas landas pada Desember 2019. Butch Wilmore dan Suni Williams adalah dua astronot yang untuk pertama kalinya akan mengorbit bumi dan menuju ke Stasiun Luar Angkasa (International Space Station).
Sayangnya, sebagaimana disaksikan pada malam itu, peluncuran roket Atlas V yang membawa kedua astronot tersebut terpaksa harus ditunda. Hal ini menyusul pada saat-saat terakhir menjelang peluncuran (*lift-off*) T minus 3 menit 50 detik, pusat kendali misi (*Mission Control*) yang berada di Cape Canaveral Space Force Station itu mendapati adanya data konfigurasi sekuen peluncuran terkomputerisasi yang kurang sesuai harapan. Sebetulnya sistem dan desain konfigurasi untuk sekuen (rentetan) peluncuran tersebut memiliki *system redundancy*, yang artinya adanya *lagging/scrubbing* pada data yang dianalisis ini memiliki *backup* dan toleransinya sendiri.
Namun, para insinyur di pihak Boeing dan NASA memutuskan untuk menunda peluncuran untuk memastikan bahwa peluncuran roket benar-benar dapat berjalan dengan mulus tanpa kendala lebih jauh. (Melansir abcnews.go.com, peluncuran Starliner berikutnya dijadwalkan pada Rabu, 5 Juni ini pukul 10.52 pagi waktu setempat). Meskipun acara bertajuk *Launch party* tersebut batal menghadirkan keseruan menyaksikan momen bersejarah melihat luncuran roket berdaya dorong tinggi menembus atmosfer bumi, namun para peserta yang hadir tetap setia dan antusias menyaksikan detik demi detik dan mengikuti rangkaian acara dengan tertib.
Acara berlangsung dengan sangat menyenangkan saat dibawakan oleh pemandu acara dari @america yaitu Patricia Elizabeth dimulai sejak pembukaan pada pukul 22:00 WIB sampai dengan detik-detik peluncuran yang disiarkan secara *live streaming*. Acara pun berlangsung semakin meriah dengan adanya kuis dan doorprize yang diselenggarakan oleh panitia. Hadiah berupa merchandise Boeing dan @America menjadi buah tangan untuk para tamu undangan yang memenangkan kuis dan doorprize.
Hingga jelang pukul 12 malam, para peserta acara yang berdatangan tidak hanya dari area Jakarta, tapi juga dari Bandung (ITB) dan Jogjakarta (UGM) masih menikmati keseruan dan bercengkrama satu sama lain. Termasuk para mahasiswa dari teknik penerbangan ITB (Keluarga Mahasiswa Penerbangan/KMPn ITB) bersama-sama dengan mahawasiswa penerbangan lainnya yang tergabung dalam PN-Indo. Hadir pula capt. Toto Subagyo, direktur eksekutif LSP Sentra Aviasi, seorang pakar penerbangan.
Di akhir acara, pak Zaid Alami menyampaikan terimakasih dan penghargaan atas partisipasi aktif dan kehadiran yang luarbiasa dari 200an peserta yang memadati dan menyemarakkan acara pada malam tersebut. Secara khusus pak Zaid juga turut menyampaikan apresiasi dan penghargaannya kepada Forum Dirgantara Muda (FDM), yang dalam *short notice* mampu menjadi kolaborator kegiatan ini dengan menyebarluaskan informasi *event* menarik ini dan menghadirkan peserta dari lintas latarbelakang yang beragam. Arafat mewakili Forum Dirgantara Muda juga menyampaikan apresiasinya atas kepercayaan dan kemitraan kolaboratif yang telah terjalin dengan Boeing Indonesia seraya berharap bahwa ke depannya kedua pihak dapat menjalin sinergi positif untuk ikut mengembangkan talenta kedirgantaraan terbaik anak-anak bangsa di nusantara.
"Ketika pak Zaid menghubungi saya dan meminta bantuan untuk ikut mendukung dan mensukseskan acara yang monumental ini, saya tidak pernah ragu untuk menawarkan uluran tangan. Dan terbukti, dengan kerja kompak bersama-sama, Boeing Indonesia dan Forum Dirgantara Muda juga didukung komunitas dan para *space enthusiast* lainnya, kita mampu mengatasi tantangan yang kita hadapi dan mewujudkan kemeriahan momen berharga ini. _History is [still] in the making. The sky is vast. And even so for space. It's not for the space race only, but rather for humankind to thrive and keep survive. And we look upon the sky, and gaze upon constellation. Because among the stars, we will find our true home where we belong"_, pungkas Arafat. (RS)